Jumat, 16 Desember 2016

SEHAT DAN PINTAR Dengan GEMAR MAKAN IKAN



 Oleh : Tuti Sitanggang (Penyuluh Perikanan Provinsi)

DAGING IKAN DAN PENDUDUK DUNIA

Negara Jepang sangat terkenal pandai dalam hal teknologi, mengapa? Ternyata mereka sangat gemar makan ikan. Angka konsumsi ikan penduduk Jepang mencapai 140 kg/kapita/tahun. Ironisnya, Indonesia yang memiliki luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dengan produksi ikan 6,6 juta ton per tahun, angka konsumsi ikannya hanya sepersepuluhnya (19,39 kg/kapita/tahun). Sedangkan konsumsi ikan penduduk Lampung saat ini baru 24,41 kg/kapita/tahun.
Ada beberapa penyebab rendahnya angka konsumsi ikan di Indonesia, yaitu :
1.   Ketidaktahuan masyarakat akan nilai gizi ikan.
2.   Pengolahan ikan kebanyakan masih tradisional sehingga cita rasa dan variasi makanannya hanya sedikit
3.   Ketidaktahuan masyarakat tentang keanekaragaman sumber gizi, sehingga hanya mengejar prestise semata. Masyarakat masih beranggapan daging sapi atau ayam lebih terhormat daripada ikan padahal anggapan ini sudah selayaknya ditinggalkan.


KEUNGGULAN DAGING IKAN

Ikan mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan menu lainnya. Diantara kelebihan itu adalah sebagai berikut :
1.   Ikan berkolesterol rendah dan menjadi hidangan ideal bagi mereka yang menjaga kelangsingan tubuh. Kandungan lemak pada sebagian jenis ikan di bawah 5 %, dan lemak itu sebagian besar bukan lemak jenuh (unsaturated). Semua jenis ikan cocok untuk menu kolesterol rendah.
2.   Ikan mudah dicernakan. Ini merupakan pertimbangan yang penting bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam pencernaan.
3.   Ikan kaya fosfor, bahan penting bagi semua sel dan tenaga metabolisme
4.   Ikan kaya zat besi, bahan yang diperlukan untuk haemoglobin di dalam darah
5.   Ikan kaya iodine, bagian penting dari thyroxin, yaitu hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental
6.   Ikan mudah mengolahnya, waktu untuk masak singkat hingga bahan gizi penting tidak banyak yang hilang sebagaimana terjadi apabila waktu masak yang lama
7.   Daging ikan juga dapat diterima semua lapisan masyarakat, baik ditinjau dari segi kesehatan, agama maupun suku.


KELEMAHAN  DAGING IKAN

Selain mempunyai beberapa keunggulan, ikan juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah :
1.   Ikan mempunyai kandungan air yang tinggi (84%) dan kadar pH (keasaman) mendekati netral. Kondisi ini sangat mendukung pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Oleh karena itu ikan merupakan komoditas yang cepat busuk
2.   Daging ikan sedikit sekali mengandung jaringan ikat, sehingga mudah sekali dicerna enzim autolisis. Hasil pencernaan ini menyebabkan daging menjadi sangat lunak sehingga merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme.
3.   Ikan mempunyai kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi sehingga sangat mudah mengalami oksidasi. Itulah sebabnya sering timbul bau tengik pada ikan, terutama ikan olahan maupun awetan yang disimpan tanpa antioksidan.


JENIS-JENIS PRODUK IKAN

Berdasarkan struktur fisiologis, asal maupun cara olahannya, produk ikan dibedakan sebagai berikut :
1.   Ikan segar bersirip (Fin fish) yang berasal dari air tawar, air payau, maupun air laut, baik utuh maupun fillet (irisan)
2.   Ikan segar tak bersirip (shell fish) misalnya udang, kerang, kepiting, rajungan, cumi-cumi, ubur-ubur, teripang dan sebagainya.
3.   Ikan  olahan tradisional, misalnya ikan kering, ikan asin, ikan pindang, ikan asap atau ikan kayu, ikan peda, terasi, ebi, petis, dan sebagainya.
4.   Ikan olahan modern, misalnya mackerel, sarden, atau tuna dalam kaleng, artificial crab meat, artificial shrimp meat, abalone, dan sebagainya.


MEMPERTAHANKAN KESEGARAN IKAN

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mempertahankan kesegaran ikan, yaitu :
1.   Membuat ikan tetap hidup, yaitu bila konsumen membeli ikan hidup maka ikan ditampung dalam wadah berisi air
2.   Menurunkan suhu ikan mati untuk memperlambat  pembusukan. Caranya dengan menutup ikan  menggunakan air basah maupun rumput kering yang dibasahi air, atau dengan pendinginan es ( pecahan es batu yang ditambah garam bisa mencapai suhu di bawah 40 C), dengan refrigenerator (kulkas) yang suhunya bisa diatur 0 – 5 0C (mampu mengawetkan ikan sampai 12 hari), atau pembekuan dalam freezer (suhu – 24 – 0 0 C, mampu bertahan 7 – 9 minggu, tapi disarankan untuk tidak menyimpan ikan selama itu karena lemak ikan bisa menimbulkan bau tengik).


CIRI-CIRI IKAN SEGAR

1.       Kulit berwarna terang dan jernih, masih kuat membungkus tubuh dan tidak mudah sobek terutama di bagian perut. Warna-warna khusus di kulit masih terlihat jelas
2.       Sisik berkilap, menempel kuat pada tubuh dan sulit dilepas
3.       Sirip elastis bila ditarik atau dikembangkan kembali ke tempat semula
4.       Mata tampak terang, jernih, menonjol dan cembung
5.       Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah. Selain itu insang masih tertutup lendir berwarna terang
6.       Daging masih melekat kuat pada tulang
7.       Bila ditekan dengan jari tidak nampak bekas lekukan
8.       Daging perut masih utuh
9.       Bau segar khas bau ikan
10.    Bila diletakan dalam air ikan akan tenggelam, tidak mengapung


CIRI-CIRI IKAN MULAI MEMBUSUK

1.       Kulit warna suram, pucat dan banyak lendir. Terlihat mengendur dibeberapa tempat tertentu dan mudah sobek. Warna-warna khusus sudah hilang.
2.       Sisik kurang berkilap dan mudah terlepas dari tubuh
3.       Sirip kaku, bila ditarik atau dikembangkan akan koyak
4.       Mata tampak suram, tenggelam dan berkerut
5.       Insang berwarna coklat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan, lendir insang keruh dan berbau asam
6.       Bila ditekan dengan jari maka daging terasa lembek dan tampak bekas lekukan. Dagingnyapun mudah lepas dari tulang
7.       Isi perut sering keluar. Daging berwarna kuning kemerah-merahan terutama disekitar tulang punggung
8.       Bau tak sedap, semakin lama semakin anyir
9.       Bila ditaruh dalam air maka ikan akan mengapung

Melihat banyaknya keunggulan ikan dibanding dengan daging lainnya  agaknya kita harus mengubah pola konsumsi makan keseharian kita yang selama ini masih memandang sebelah mata akan pentingnya ikan. Terlepas dari segi kesenangan, agaknya pula ikan lebih murah dibanding daging. Dan kita tak akan berpikir lagi kalau mengkonsumsi ikan kita menjadi tidak bergengsi.
Apakah kita tidak ingin anak-anak kita di masa mendatang memiliki keterampilan teknologi yang maju seperti Jepang? Tanpa bermaksud membandingkan budaya orang Jepang, ada baiknya pula kita meniru pola konsumsi makannya. Mereka cenderung lebih menyukai ikan.


PENYAKIT PADA IKAN



Oleh : Predina Butar Butar, S.Pi

SUMBER PENYAKIT IKAN
PENCEGAHAN atau pengendalian timbulnya penyakit pada budidaya ikan perlu dipahami dari mana sumber penyakit ikan tersebut. Ketidaktahuan dan ketidakpedulian terhadap sumber penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian missal ikan yang kita budidayakan. Sumber penyakit yang dialami oleh ikan budidaya dapat berasal dari ikan itu sendiri, media budidaya dan pathogen.
Ikan peliharaan dapat berperan sebagai hama dan sumber penyakit. Kualitas ikan, penebaran yang terlalu padat dan kanibalisme dapat menyebabkan penyakit dalam budidaya ikan. Pemilihan benih yang berkualitas juga sangat berpengaruh sehingga sebaiknya membeli benih ikan dari pembudidaya ikan yang telah diketahui reputasinya dapat diandalkan (bersertifikat CPIB).
Penebaran ikan yang terlalu padat dapat menciptakan persaingan sesama ikan untuk memperoleh tempat, pakan dan oksigen. Beragamnya ukuran ikan hasil panen merupakan indikator bahwa ikan tidak mendapatkan tempat, pakan atau oksigen dalam jumlah yang memadai sehingga disarankan pengurangan padat penebaran sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik. 
Beberapa jenis ikan karnivora dapat berubah menjadi kanibal terutama apabila kondisi media budidaya kurang menunjang hal ini disebabkan karena perebutan daerah kekuasaan atau pakan yang tidak tersedia memadai di kolam tersebut.





INDIKATOR IKAN SAKIT
Untuk mencegah serangan penyakit pada ikan perlu dideteksi sedini mungkin dengan memperhatikan tanda-tanda ikan sakit, indikator ikan terserang penyakit dapat diketahui berdasarkan :
1.        KONDISI MEDIA BUDIDAYA
Perubahan kondisi media budidaya dapat menjadi indikator adanya serangan penyakit tertentu. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisik, kimiawi dan biologis air. Perubahan fisik media budidaya dapat terjadi karena berubahnya suhu, derajat keasaman (pH), kesadahan, kandungan oksigen atau kekeruhan air. Perubahan fisik dapat berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap serangan penyakit pada ikan peliharaan. Ikan yang terlihat melompat-lompat hendak keluar dari permukaan air merupakan indakator terjadinya peningkatan suhu air, sehingga ikan menjadi tidak betah. Apabila ikan terlihat berkumpul di permukaan air, terutama pada dini hari, dapat diduga kandungan oksigen di dalam air berkurang sehingga ikan sulit bernafas. Ikan yang pada bagian insang banyak dijumpai lumpur maka dapat dipastikan bahwa tingkat kekeruhan media budidaya terlalu tinggi. Hal ini salah satunya dikarenakan sisa pakan dan kotoran ikan mengendap di dasar kolam, mengalami proses pembusukan dan akhirnya meningkatkan kandungan ammonia yang bersifat racun bagi ikan. Meningkatnya kandungan ammonia, gas beracun dan limbah kimia merupakan komponen yang dapat menyebabkan perubahan kimia media budidaya dan hal ini sebagai penyebab terjadinya kematian missal ikan.
Perubahan warna media budidaya merupakan indikator perubahan biologis. Media budidaya yang ditumbuhi plankton akan berwarna spesifik sesuai jenis planktonnya. Kolam yang baik ditumbuhi plankton berwarna hijau sehingga air kolam berwarna kehijauan. Perubahan warna air dapat disebabkan populasi plankton hijau mengalami kematian dan digantikan olehplankton jenis lain yang memiliki warna berbeda. Kematian plankton ini dapat disebabkan pertumbuhan yang luar biasa dari plankton tersebut sehingga menimbulkan efek peneduhan yaitu pertumbuhan plankton yang sangat luar biasa sehingga membentuk lapisan tebal di permukaan air, hal ini dapat menghalangi cahaya matahari menembus perairan akibatnya plankton dan tanaman air yang tumbuh di lapisan lebih dalam tidak dapat melakukan fotosintesa dan mati. Kematian plankton secara missal menyebabkan ikan kehilangan pakan alami terutama bagi ikan yang berukuran kecil atau ikan pemakan plankton. Kematian plankton dalam jumlah yang besar juga menyebabkan plankton mengendap di dasar kolam dan mengalami proses pembusukan.
Selain plankton, bangkai ikan, tanaman, sisa pakan dan kotoran ikan yang terakumulasi di dasar kolam juga akan mengalami proses perombakan sehingga menghasilkan ammonia dan hydrogen sulfida. Rontoknya daun dari tanaman yang tumbuh di tepi kolam atau di dalam air, pemebrian pakan secara berlebihan dan kepadat ikan yang tinggi akan menyebabkan akumulasi bahan organik di dasar media budidaya meningkat cepat.

2.        TINGKAH LAKU IKAN DI KOLAM
Gerakan ikan dapat menjadi indikator utama adanya serangan penyakit pada ikan. Ikan yang gerakannya menjadi agresif kemungkinan kolam mulai tidak mendukung bagi kehidupannya, hal ini mungkin dikarenakan peningkatan suhu, penurunan derajat keasaman (pH) secara tiba-tiba, persaingan untuk mendapatkan pakan, atau isi kolam yang terlalu padat. Apabila ikan cenderung melompot-lompat tidak teratur seperti ingin keluar dari kolam, besar kemungkinan terjadi peningkatan suhu, penurunan pH atau akumulasi senyawa beracun. Apabila terlihat ikan yang berukuran besar mengejar yang lebih kecil ada kemungkinan terjadi kekurangan pakan. Bagi jenis ikan yang senang hidup menyendiri seperti udang galah jantan akan terlihat agresif apabila populasinya terlalu padat. Sebaliknya bagi ikan yang senang hidup bergerombol seperti ikan mas apabila terserang penyakit cenderung akan memisahkan diri dari kelompoknya.
Gerakan ikan yang menjadi lambat juga merupakan indikator bahwa ikan terserang penyakit. Gerakan ikan menjadi lambat dapat disebabkan karena cacat akibat lolos dari serangan predator, kekurangan oksigen atau terserang pathogen. Kekurangan oksigen pada kolam akan menyebabkan ikan mengalami kesulitan bernafas dan terlihat terengah-engah, kemungkinan hal ini menyebabkan ikan mengalami serangan penyakit pada insang dan serangan pada gelembung renang menyebabkan ikan tidak dapat berenang lurus karena kepalanya selalu mengarah ke atas atau ke bawah. Tanda-tanda lain yang menunjukkan ikan terserang penyakit adalah bercak merah, bercak putih, bisul, adanya jamur, insang terlihat pucat, dan lender berkurang atau tidak merata.

3.           KONDISI IKAN
Ikan yang berwarna gelap, perubahan warna kulit menjadi pucat dan banyak lender merupakan indikator utama bahwa ikan terserang penyakit. Perubahan warna kulit dapat disebabkan karena konsentrasi warna pigmennya berkurang, serangan jamur yang menimbulkan bercak kelabu atau putih, atau mungkin tertutup lender. Ikan yang terserang jamur biasanya menggosok-gosokkan badannya pada benda-benda sekitarnya.
Ikan yang diserang penyakit melalui insang dapat diketahu dari warna insang yang menjadi lebih pucat, tutup insang (operculum) tidak bisa mengatup secara sempurna atau lembaran insang (lamella) terlihat bintik merah yang menandakan terjadi pendarahan kecil atau terlihat parasit yang menempelkan di lembaran insang.
Ikan yang organ dalamnya diserang penyakit dapat diketahui melalui perut ikan yang membesar, kadang disertai sisik yang berdiri. Kadang juga mengakibatkan perut ikan mengecil disertai kotoran yang berdarah.






 Penyebab
Timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Jika pertahanan tubuh inang lemah dan patogen yang terdapat dalam tubuh inang banyak, tetapi lingkungan tetap sesuai dan mendukung untuk meningkatkan ketahanan tubuh inang maka penyakit tidak akan muncul karena patogen tidak dapat berkembang biak.

JENIS PENYAKIT
Jenis penyakit ikan berdasarkan faktor penyerangnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.    Penyakit Parasiter/Infektif (Infectious disease) adalah penyakit yang disebabkan oleh aktivitas organisme parasit. Organisme yang sering menyerang ikan peliharaan antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik. Bakteri dan virus akan menyebabkan infeksi pada ikan budidaya, sementara yang disebabkan oleh parasit akan mengakibatkan investasi pada ikan budidaya.
2.   Penyakit Non Parasiter/Non Infektif (Non Infectious disease) adalah penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu :
a. Lingkungan
b. Pakan/nutrisi
c. Keturunan/genetik





PENYAKIT IKAN KARENA VIRUS
Virus membutuhkan jaringan hidup untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu virus akan menyerang jaringan ikan dan berkembangbiak dalam tubuh atau sel ikan sehingga menimbulkan kerusakan atau penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh virus sering memperlihatkan tanda-tanda seperti serangan bakteri sehingga penanganannya sering dilakukan hamper sama seprti penyakit bacterial. Cara yang lebih baik untuk mengatasi serangan virus adalah mencegah dan membatasi penularannya, selain itu kesehatan ikan dan kebersihan media budidaya dapat mengendalikan serangan virus. Penyakit ikan yang disebabkan oleh virus diantaranya adalah :
1.        Channel Catfish Virus Desease (CCVD) adalah infeksi akut dan haemorcagik oleh virus herpes yang dapat menimbulkan kematian missal pada anak-anak ikan. Tanda-tandanya adalah hilang keseimbangan tubuh, ikan bergerak berputar-putar dan tergantung vertical, mata menonjol, perut mengembung, secara histopatologis terlihat adanya pendarahan pada sirip, sekitar abdomen, ginjal, kulit, organ dalam kulit, organ dalam, insang pucat. Inang alami yang diserang adalah golongan lele.
2.        Spring Viraemia of Carp (SVC) adalah infeksi akut dan menular  dengan tanda-tanda klinis antaralain ikan berkumpul di bagian saluran pengeluaran, warna ikan menjadi gelap, pendarahan, mata menonjol. Ikan mas dan koi merupakan inang yang utama dan virus dapat menyerang ikan muda dan dewasa.
3.        Infectious Pancreatic Necrosis (IPN) adalah penyakit viral yang akut dan sangat menular dengan tanda-tanda antaralain terjadi kematian missal pada ikan muda, warna tubuh ikan menjadi gelap, bergerak berputar-putar, exophthalmus, perut membesar dan terdapat cairan visceral, pendarahan di daerah bawah perut,, sirip, hati, limpa, tidak terdapat makanan di dalam perut dan usus serta biasanya mengandung eksudat mucoid yang kekuningan atau keputihan.  Penyakit infeksi ini menyerang golongan ikan salmonis terutama yang masih muda.
4.        Penyakit Bintil Putih adalah penyakit ikan yang disebabkan oleh virus Lymphocystis yang menyerang ikan tetapi tidak menyerang golongan ikan mas maupun lele.  Penyakit ini bersifat kronis dan merupakan tumor yang tidak ganas, meskipun tidak menimbulkan kematian akan tetapi sangat mengganggu tampilan ikan konsumsi maupun ikan hias. Penyakit ini sering sembuh dengan sendirinya dan jarang berakibat fatal.Operasi kecil membuang bintil kecil tidak disarankan karena dapat mengakibatkan ikan sres, kecuali apabila ukuran dan posisi bintil tersebut sangat mengganggu aktivitas ikan yang terinfeksi.
5.        Dropsi merupakan akibat dari infeksi virus, bakteri Aeromanas, myobakteri atau internal parasit pathogen seperti Hexamita atau Mitasproa cyprini. Infeksi utama biasanya terjadi melalui mulut yaitu ikan secara senagaj atau tidak memakan kotoran ikan lain yang terkontaminasi pathogen atau akibat kanibalisme terhadap ikan lainnya yang terinfeksi. Akumulasi nitrogen dalam media budidaya dapat memicu terjadinya gejala dropsi. Gejala dropsi ditandai dengan ikan mulai sulit membuang kotoran dan terjadi pembengkakan pada rongga tubuh ikan, ikan menurun kelincahannya dan cenderung lebih banyak berdiam diri, gangguan bernafasan dan perubahan warna kulit menjadi pucat kemerahan.. Upaya untuk mencegah dropsi dapat dilakukan dengan menjaga kondisi media budidaya agar selalu nyaman dan aman bagi ikan peliharaan, hindari terjadinya stress pada ikan, ikan yang sakit harus segera di karantina dan dirawat secara optimal, buang ikan yang sudah mati, hindari menambah ikan ke media budidaya yang sudah tercemar dropsi atau memindahkan ke kolam lain yang berisi ikan sehat. Penyebaran dropsi dapat melalui jarring atau tangan yang basah.
6.        Penyakit Infectious Haematopoietic Necrosis (IHN) adalah penyakit yang bersifat akut dan sistemik yang menyerang organ penghasil darah yaitu ginjal, dan limpa. Tanda-tanda klinis ikan yang terinfeksi adalah terlihat lethargic, berkumpul di tepi kolam, tubuhnya berwarna lebih gelap, anemia dan mata menonjol. Pada serangan yang lebih parah akan terjadi pembengkokkan tulang belakang, pembengkokkan abdomen serta perdarahan.
7.        Viral Nervous Necrosis (VNN) merupakan virus yang menginfeksi larva dan juvenile ikan laut dengan gejala berbeda-beda sesuai stadia atau umur ikan, ikan di bawah 20 hari menunjukkan penurunan nafsu makan sedang ikan berumur 20-40 hari mengakibatkan tingkah laku berenang yang abnormal yaitu di dekat permukaan air serta banyak ikan mati di dasar bak. Pada ikan berumur 2-4 bulan cenderung berdiam diri di dasar kolam, sedang pada ikan berumur lebih dari 4 bulan akan memperlihatkan gejala sering berenang mengambang di atas permukaan air disertai adanya pembesaran gelembung renang.
8.        Koi Herpes Virus (KHV) merupakan agen penyebab penyakit yang spesifik menyerang ikan mas dan ikan koi serta tergolong ganas karena dapat mengakibatkan kematian masal. Tanda-tanda klinis ikan yang terserang virus ini antaralain ikan kehilangan nafsu makan, gerakan ikan tidak normal dan megap-megap, bercak putih pada insang yang selanjutnya berkembang menjadi geripis pada ujung lamella dan akhirnya membusuk, pendarahan di sirip dan badan serta luka melepuh. Upaya pencegahan serangan KHV adalah meningkatkan daya tahan tubuh ikan. Immunostimulan merupakan bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertahanan non spesifik untuk pengendalian penyakit ikan, Cromium yeast merupakan salah satu bahan immunostimulan yang banyak diaplikasikan, bahan ini biasanya digunakan sebagai pencampur pakan pada hewan ternak dan mulai dikembangkan untuk ikan.


Mengenal Penyakit Pada Tanaman Jagung


Oleh : Titiek Ismaryati (Penyuluh Pertanian Provinsi)

BAKORLUH - JAGUNG merupakan salah satu komoditas pertanian subsektor tanaman pangan. Tanaman ini adalah tanaman pokok setelah padi.  Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan, selain dimanfaatkan untuk konsumsi juga digunakan untuk bahan baku industri pangan, industri pakan ternak dan bahan bakar.
Seperti halnya tanaman pertanian lain, saat proses budidaya tidak luput dari serangan penyakit pada pertanaman.  Kerugian akibat serangan penyakit bisa dibilang tidaklah kecil, bahkan beberapa diantaranya berpotensi menimbulkan kegagalan panen. Oleh karena itu, penanganan yang tepat terhadap serangan penyakit pada tanaman jagung akan meningkatkan hasil produksi petani.  Pada artikel ini akan diulas tentang penyakit-penyakit  yang biasa menyerang tanaman jagung di areal pertanaman yang dapat menurunkan produksi jagung dan cara pengendaliannya.
Penyakit pada tanaman jagung biasanya disebabkan oleh serangan penyakit bulai, hawar daun, bercak daun, karat daun, busuk pelepah, busuk batang, busuk tongkol, serta virus.

1.    Bulai
Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas terlihat jelas antara daun sehat. dan ciri lainnya adalah pada pagi hari disisi bawah daun terdapat lapisan beledu putih seperti tepung.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman. Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun akan terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya terjadi pada saat tanaman sudah tua masih dapat terbentuk buah dan pada umumnya pertumbuhannya kerdil.
Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis.   
Pengendalian :
~     Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan Gumarang, dll
~     Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu  sampai satu bulan
~     Penanaman jagung secara serempak
~     Eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai.
~     Penggunaan fungisida pada saat perlakuan benih sebelum tanam.

2.    Hawar daun
Gejala awal berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 Cm, bercak muncul awalnya pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering.   
Penyakit hawar daun disebabkan cendawan Helminthosporium turcicum.
Pengendalian :
~     Menanam varietas tahan, seperti Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan semar 5
~     Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun
~     Penggunaan fungisida dengan dosis sesuai petunjuk di kemasan.  

3.    Bercak daun
Gejala penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O dan T.  Ras O dengan bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2-1,9) cm.  Sedangkan Ras T ukuran bercak lebih besar yaitu (0,6-1,2) x (0,6-2,7) cm, berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Ras T lebih berbahaya (virulen) dibanding ras O dimana pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3-4 minggu setelah tanam. Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil produksi yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman.
Penyakit bercak daun penyebabnya adalah Bipolaris maydis Syn.
Pengendalian :
~          Menanam varietas tahan serangan bercak daun, seperti Bima-1, Srikandi Kuning-1, Sukmaraga atau Palakka, dll
~          Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun
~          Penggunaan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

4.    Karat daun
Gejala karat daun yaitu bercak-bercak kecil berbentuk bulat sampai oval pada permukaan bagian atas dan bawah daun jagung.   Penyakit karat daun dapat terjadi di dataran rendah sampai dataran tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.   Penyebab penyakit karat adalah  Puccinia polysora
Pengendalian :
~     Menanam varietas tahan, seperti Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10
~     Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma
~     Penggunaan fungisida. 
5. Busuk pelepah
Gejala penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu. Gejala hawar dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar kebagian atas.  Pada varietas yang rentan serangan jamur dapat mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.   Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani
Pengendalian :
~     Menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit hawar pelepah misalnya: Semar 2, Rama, Galur GM 27,
~     Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak  terlalu tinggi
~     Lahan mempunyai drainase yang baik
~     Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
~     Penggunaan fungisida.   

6. Busuk Batang
Gejala pada tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah. Pada pangkal batang terinfeksi, ada yang memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat.
Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium.
Pengendalian
~     Pengendalian penyakit busuk batang jagung dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan, seperti BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, dan J1-C3.
~     Pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah, dan drainase yang baik.
~     Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.

7. Busuk tongkol
Penyakit busuk tongkol dapat disebabkan oleh beberapa jenis cendawan antara lain:
a.    Busuk tongkol Fusarium
Gejala pada permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat, kadang-kadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih , dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah.
Penyakit busuk tongkol fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme.
b.   Busuk tongkol Diplodia
Gejala pada kelobot jagung yang terinfeksi umumnya berwarna coklat, dan setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut dan busuk. Infeksi dimulai pada dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji dan menutupi klobot.
Busuk tongkol Dilodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.
c.    Busuk tongkol Gibberella
Gejala pada tongkol yang terinfeksi oleh cendawan ini dapat menjadi busuk dan klobotnya saling menempel erat pada tongkol, badan buah berwarna biru hitam tumbuh di permukaan klobot dan bongkol.
Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum.
Pengendalian :
~          Pemeliharaan tanaman yang sebaik-baiknya, antara lain dengan pemupukan seimbang
~          Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika musim hujan bagian batang dibawah tongkol dipatahkan agar ujung tongkol tidak mengarah keatas
~          Mengadakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang

8. Virus mosaik
Gejala penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning, secara keseluruhan tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip dengan gejala bulai tetapi apabila permukaannya daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara non persisten. Tanaman yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan hasil.
Pengendalian :
~     Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang
~     Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
~     Penggunaan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi
~     Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus.
(Dirangkum dari berbagai sumber)