Oleh : Predina Butar Butar, S.Pi
SUMBER PENYAKIT IKAN
PENCEGAHAN atau pengendalian timbulnya penyakit pada budidaya
ikan perlu dipahami dari mana sumber penyakit ikan tersebut. Ketidaktahuan dan
ketidakpedulian terhadap sumber penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian
missal ikan yang kita budidayakan. Sumber penyakit yang dialami oleh ikan
budidaya dapat berasal dari ikan itu sendiri, media budidaya dan pathogen.
Ikan peliharaan dapat berperan sebagai hama dan
sumber penyakit. Kualitas ikan, penebaran yang terlalu padat dan kanibalisme
dapat menyebabkan penyakit dalam budidaya ikan. Pemilihan benih yang
berkualitas juga sangat berpengaruh sehingga sebaiknya membeli benih ikan dari
pembudidaya ikan yang telah diketahui reputasinya dapat diandalkan
(bersertifikat CPIB).
Penebaran ikan yang terlalu padat dapat menciptakan
persaingan sesama ikan untuk memperoleh tempat, pakan dan oksigen. Beragamnya
ukuran ikan hasil panen merupakan indikator bahwa ikan tidak mendapatkan
tempat, pakan atau oksigen dalam jumlah yang memadai sehingga disarankan
pengurangan padat penebaran sehingga dapat memberikan hasil yang lebih
baik.
Beberapa jenis ikan karnivora dapat berubah menjadi
kanibal terutama apabila kondisi media budidaya kurang menunjang hal ini
disebabkan karena perebutan daerah kekuasaan atau pakan yang tidak tersedia
memadai di kolam tersebut.
INDIKATOR IKAN SAKIT
Untuk mencegah serangan penyakit pada ikan perlu
dideteksi sedini mungkin dengan memperhatikan tanda-tanda ikan sakit, indikator
ikan terserang penyakit dapat diketahui berdasarkan :
1.
KONDISI
MEDIA BUDIDAYA
Perubahan kondisi media budidaya dapat menjadi
indikator adanya serangan penyakit tertentu. Hal ini berkaitan dengan kondisi
fisik, kimiawi dan biologis air. Perubahan fisik media budidaya dapat terjadi
karena berubahnya suhu, derajat keasaman (pH), kesadahan, kandungan oksigen
atau kekeruhan air. Perubahan fisik dapat berpengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap serangan penyakit pada ikan peliharaan. Ikan yang terlihat
melompat-lompat hendak keluar dari permukaan air merupakan indakator terjadinya
peningkatan suhu air, sehingga ikan menjadi tidak betah. Apabila ikan terlihat
berkumpul di permukaan air, terutama pada dini hari, dapat diduga kandungan
oksigen di dalam air berkurang sehingga ikan sulit bernafas. Ikan yang pada
bagian insang banyak dijumpai lumpur maka dapat dipastikan bahwa tingkat
kekeruhan media budidaya terlalu tinggi. Hal ini salah satunya dikarenakan sisa
pakan dan kotoran ikan mengendap di dasar kolam, mengalami proses pembusukan
dan akhirnya meningkatkan kandungan ammonia yang bersifat racun bagi ikan.
Meningkatnya kandungan ammonia, gas beracun dan limbah kimia merupakan komponen
yang dapat menyebabkan perubahan kimia media budidaya dan hal ini sebagai
penyebab terjadinya kematian missal ikan.
Perubahan warna media budidaya merupakan indikator
perubahan biologis. Media budidaya yang ditumbuhi plankton akan berwarna
spesifik sesuai jenis planktonnya. Kolam yang baik ditumbuhi plankton berwarna
hijau sehingga air kolam berwarna kehijauan. Perubahan warna air dapat
disebabkan populasi plankton hijau mengalami kematian dan digantikan
olehplankton jenis lain yang memiliki warna berbeda. Kematian plankton ini
dapat disebabkan pertumbuhan yang luar biasa dari plankton tersebut sehingga
menimbulkan efek peneduhan yaitu pertumbuhan plankton yang sangat luar biasa
sehingga membentuk lapisan tebal di permukaan air, hal ini dapat menghalangi
cahaya matahari menembus perairan akibatnya plankton dan tanaman air yang
tumbuh di lapisan lebih dalam tidak dapat melakukan fotosintesa dan mati.
Kematian plankton secara missal menyebabkan ikan kehilangan pakan alami
terutama bagi ikan yang berukuran kecil atau ikan pemakan plankton. Kematian
plankton dalam jumlah yang besar juga menyebabkan plankton mengendap di dasar
kolam dan mengalami proses pembusukan.
Selain plankton, bangkai ikan, tanaman, sisa pakan
dan kotoran ikan yang terakumulasi di dasar kolam juga akan mengalami proses
perombakan sehingga menghasilkan ammonia dan hydrogen sulfida. Rontoknya daun
dari tanaman yang tumbuh di tepi kolam atau di dalam air, pemebrian pakan
secara berlebihan dan kepadat ikan yang tinggi akan menyebabkan akumulasi bahan
organik di dasar media budidaya meningkat cepat.
2.
TINGKAH
LAKU IKAN DI KOLAM
Gerakan ikan dapat menjadi indikator utama adanya
serangan penyakit pada ikan. Ikan yang gerakannya menjadi agresif kemungkinan
kolam mulai tidak mendukung bagi kehidupannya, hal ini mungkin dikarenakan
peningkatan suhu, penurunan derajat keasaman (pH) secara tiba-tiba, persaingan
untuk mendapatkan pakan, atau isi kolam yang terlalu padat. Apabila ikan
cenderung melompot-lompat tidak teratur seperti ingin keluar dari kolam, besar
kemungkinan terjadi peningkatan suhu, penurunan pH atau akumulasi senyawa
beracun. Apabila terlihat ikan yang berukuran besar mengejar yang lebih kecil
ada kemungkinan terjadi kekurangan pakan. Bagi jenis ikan yang senang hidup
menyendiri seperti udang galah jantan akan terlihat agresif apabila populasinya
terlalu padat. Sebaliknya bagi ikan yang senang hidup bergerombol seperti ikan
mas apabila terserang penyakit cenderung akan memisahkan diri dari kelompoknya.
Gerakan ikan yang menjadi lambat juga merupakan
indikator bahwa ikan terserang penyakit. Gerakan ikan menjadi lambat dapat
disebabkan karena cacat akibat lolos dari serangan predator, kekurangan oksigen
atau terserang pathogen. Kekurangan oksigen pada kolam akan menyebabkan ikan
mengalami kesulitan bernafas dan terlihat terengah-engah, kemungkinan hal ini
menyebabkan ikan mengalami serangan penyakit pada insang dan serangan pada
gelembung renang menyebabkan ikan tidak dapat berenang lurus karena kepalanya
selalu mengarah ke atas atau ke bawah. Tanda-tanda lain yang menunjukkan ikan
terserang penyakit adalah bercak merah, bercak putih, bisul, adanya jamur,
insang terlihat pucat, dan lender berkurang atau tidak merata.
3.
KONDISI
IKAN
Ikan yang berwarna gelap, perubahan warna kulit
menjadi pucat dan banyak lender merupakan indikator utama bahwa ikan terserang
penyakit. Perubahan warna kulit dapat disebabkan karena konsentrasi warna
pigmennya berkurang, serangan jamur yang menimbulkan bercak kelabu atau putih,
atau mungkin tertutup lender. Ikan yang terserang jamur biasanya
menggosok-gosokkan badannya pada benda-benda sekitarnya.
Ikan yang diserang penyakit melalui insang dapat
diketahu dari warna insang yang menjadi lebih pucat, tutup insang (operculum) tidak bisa mengatup secara
sempurna atau lembaran insang (lamella)
terlihat bintik merah yang menandakan terjadi pendarahan kecil atau terlihat
parasit yang menempelkan di lembaran insang.
Ikan yang organ dalamnya diserang penyakit dapat
diketahui melalui perut ikan yang membesar, kadang disertai sisik yang berdiri.
Kadang juga mengakibatkan perut ikan mengecil disertai kotoran yang berdarah.
Penyebab
Timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang
tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi
yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme
pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh
penyakit. Jika pertahanan tubuh inang lemah dan patogen yang terdapat dalam
tubuh inang banyak, tetapi lingkungan tetap sesuai dan mendukung untuk
meningkatkan ketahanan tubuh inang maka penyakit tidak akan muncul karena
patogen tidak dapat berkembang biak.
JENIS PENYAKIT
Jenis penyakit ikan berdasarkan faktor penyerangnya
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.
Penyakit Parasiter/Infektif (Infectious disease) adalah penyakit
yang disebabkan oleh aktivitas organisme parasit. Organisme yang sering
menyerang ikan peliharaan antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan
cacing dan udang renik. Bakteri dan virus akan menyebabkan infeksi pada ikan
budidaya, sementara yang disebabkan oleh parasit akan mengakibatkan investasi
pada ikan budidaya.
2. Penyakit Non Parasiter/Non
Infektif (Non Infectious disease) adalah penyakit yang disebabkan bukan
oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan menjadi
tiga berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu :
a. Lingkungan
b. Pakan/nutrisi
c. Keturunan/genetik
PENYAKIT IKAN KARENA VIRUS
Virus membutuhkan
jaringan hidup untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu virus akan
menyerang jaringan ikan dan berkembangbiak dalam tubuh atau sel ikan sehingga
menimbulkan kerusakan atau penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh virus sering
memperlihatkan tanda-tanda seperti serangan bakteri sehingga penanganannya
sering dilakukan hamper sama seprti penyakit bacterial. Cara yang lebih baik
untuk mengatasi serangan virus adalah mencegah dan membatasi penularannya,
selain itu kesehatan ikan dan kebersihan media budidaya dapat mengendalikan
serangan virus. Penyakit ikan yang disebabkan oleh virus diantaranya adalah :
1.
Channel
Catfish Virus Desease (CCVD) adalah infeksi akut dan haemorcagik oleh virus
herpes yang dapat menimbulkan kematian missal pada anak-anak ikan.
Tanda-tandanya adalah hilang keseimbangan tubuh, ikan bergerak berputar-putar
dan tergantung vertical, mata menonjol, perut mengembung, secara histopatologis
terlihat adanya pendarahan pada sirip, sekitar abdomen, ginjal, kulit, organ
dalam kulit, organ dalam, insang pucat. Inang alami yang diserang adalah
golongan lele.
2.
Spring
Viraemia of Carp (SVC) adalah infeksi akut dan menular dengan tanda-tanda klinis antaralain ikan
berkumpul di bagian saluran pengeluaran, warna ikan menjadi gelap, pendarahan,
mata menonjol. Ikan mas dan koi merupakan inang yang utama dan virus dapat
menyerang ikan muda dan dewasa.
3.
Infectious
Pancreatic Necrosis (IPN) adalah penyakit viral yang akut dan sangat menular
dengan tanda-tanda antaralain terjadi kematian missal pada ikan muda, warna
tubuh ikan menjadi gelap, bergerak berputar-putar, exophthalmus, perut membesar dan terdapat cairan visceral,
pendarahan di daerah bawah perut,, sirip, hati, limpa, tidak terdapat makanan
di dalam perut dan usus serta biasanya mengandung eksudat mucoid yang kekuningan atau keputihan. Penyakit infeksi ini menyerang golongan ikan
salmonis terutama yang masih muda.
4.
Penyakit
Bintil Putih adalah penyakit ikan yang disebabkan oleh virus Lymphocystis yang menyerang ikan tetapi
tidak menyerang golongan ikan mas maupun lele.
Penyakit ini bersifat kronis dan merupakan tumor yang tidak ganas,
meskipun tidak menimbulkan kematian akan tetapi sangat mengganggu tampilan ikan
konsumsi maupun ikan hias. Penyakit ini sering sembuh dengan sendirinya dan
jarang berakibat fatal.Operasi kecil membuang bintil kecil tidak disarankan karena
dapat mengakibatkan ikan sres, kecuali apabila ukuran dan posisi bintil
tersebut sangat mengganggu aktivitas ikan yang terinfeksi.
5.
Dropsi
merupakan akibat dari infeksi virus, bakteri Aeromanas, myobakteri atau
internal parasit pathogen seperti Hexamita atau Mitasproa cyprini. Infeksi utama biasanya terjadi melalui mulut
yaitu ikan secara senagaj atau tidak memakan kotoran ikan lain yang
terkontaminasi pathogen atau akibat kanibalisme terhadap ikan lainnya yang
terinfeksi. Akumulasi nitrogen dalam media budidaya dapat memicu terjadinya
gejala dropsi. Gejala dropsi ditandai dengan ikan mulai sulit membuang kotoran
dan terjadi pembengkakan pada rongga tubuh ikan, ikan menurun kelincahannya dan
cenderung lebih banyak berdiam diri, gangguan bernafasan dan perubahan warna
kulit menjadi pucat kemerahan.. Upaya untuk mencegah dropsi dapat dilakukan
dengan menjaga kondisi media budidaya agar selalu nyaman dan aman bagi ikan
peliharaan, hindari terjadinya stress pada ikan, ikan yang sakit harus segera
di karantina dan dirawat secara optimal, buang ikan yang sudah mati, hindari
menambah ikan ke media budidaya yang sudah tercemar dropsi atau memindahkan ke
kolam lain yang berisi ikan sehat. Penyebaran dropsi dapat melalui jarring atau
tangan yang basah.
6.
Penyakit
Infectious Haematopoietic Necrosis (IHN) adalah penyakit yang bersifat akut dan
sistemik yang menyerang organ penghasil darah yaitu ginjal, dan limpa.
Tanda-tanda klinis ikan yang terinfeksi adalah terlihat lethargic, berkumpul di
tepi kolam, tubuhnya berwarna lebih gelap, anemia dan mata menonjol. Pada
serangan yang lebih parah akan terjadi pembengkokkan tulang belakang,
pembengkokkan abdomen serta perdarahan.
7.
Viral
Nervous Necrosis (VNN) merupakan virus yang menginfeksi larva dan juvenile ikan
laut dengan gejala berbeda-beda sesuai stadia atau umur ikan, ikan di bawah 20
hari menunjukkan penurunan nafsu makan sedang ikan berumur 20-40 hari
mengakibatkan tingkah laku berenang yang abnormal yaitu di dekat permukaan air
serta banyak ikan mati di dasar bak. Pada ikan berumur 2-4 bulan cenderung
berdiam diri di dasar kolam, sedang pada ikan berumur lebih dari 4 bulan akan
memperlihatkan gejala sering berenang mengambang di atas permukaan air disertai
adanya pembesaran gelembung renang.
8.
Koi Herpes
Virus (KHV) merupakan agen penyebab penyakit yang spesifik menyerang ikan mas
dan ikan koi serta tergolong ganas karena dapat mengakibatkan kematian masal.
Tanda-tanda klinis ikan yang terserang virus ini antaralain ikan kehilangan
nafsu makan, gerakan ikan tidak normal dan megap-megap, bercak putih pada
insang yang selanjutnya berkembang menjadi geripis pada ujung lamella dan akhirnya membusuk,
pendarahan di sirip dan badan serta luka melepuh. Upaya pencegahan serangan KHV
adalah meningkatkan daya tahan tubuh ikan. Immunostimulan merupakan bahan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pertahanan non spesifik untuk pengendalian
penyakit ikan, Cromium yeast
merupakan salah satu bahan immunostimulan yang banyak diaplikasikan, bahan ini
biasanya digunakan sebagai pencampur pakan pada hewan ternak dan mulai
dikembangkan untuk ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar